Minggu, 30 Oktober 2011

Mengulang Kisah Kepahlawanan Al-Qur’an


Sejarah selalu berulang, sejak jaman Fir’aun hingga Muammar Qadhafi. Ada sebuah peperangan antara kekuatan bathil yang melawan kekuatan kebenaran. Roda kehidupan tidak pernah berhenti, dia berputar dalam putaraan yang terkadang terasa lambat dan kadang terasa amat cepat, dan setiap masa memiliki hikmah yang tersembunyi pada masanya, namun menjadi terang benderang pada masa-masa selanjutnya. 


Pahlawan baru akan bermunculan, apakah ia yang memegang pedang dan mengendarai kuda perang? Ataukah ia yang pandai berargumentasi dan memukau lawan diskusi? Ataukah ia yang selalu menawarkan solusi? Baik dengan senjata atau dengan segala potensinya.


Kemenangan yang hak atas yang bathil adalah sebuah skenario abadi. Bahkan dalam kehidupan yang didominasi sistem demokrasi seperti hari ini, dimana suara terbanyak menjadi dasar atas sebuah kemenangan, sesungguhnya isyarat Allah SWT. tidak pernah ketinggalan jaman. Termasuk kutipan sebuah kalimat dalam Surah Al-Baqarah ayat 249, “Betapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak atas izin Alloh”.


Apakah kemenangan harus selalu diartikan dengan tampilnya sekelompok orang sholeh menjadi pemimpin? Atau bisa jadi kemenangan adalah ketika sekelompok orang dzolim berbalik arah menjadi pemimpin-pemimpin yang sholeh? Bukankah ada begitu banyak cara untuk memahami kemenangan? 


Namun ada sebuah perenungan atas tercapainya tujuan-tujuan, bahwa sesungguhnya di dunia ini tidak pernah ada masa perdamaian, meski nampak sunyi tanpa desing peluru, kita sedang berada dalam riuh peperangan antara haq dan bathil, minimal kita menyadari sebuah peperangan melawan hawa nafsu yang buruk dalam diri kita sendiri.


Seperti halnya hari ini, ummat dihadapkan dengan berbagai persoalan yang juga merupakan warisan masa lalu, dengan varian yang kompleks sesuai perkembangan peradaban. Tapi Al-Qur’an tetaplah sebuah kitab berisi 114 surat dengan huruf-huruf yang tersusun rapi, tidak akan bertambah atau berkurang. Apakah kemudian kitab ini menjadi tidak relevan dan patut kira tinggalkan? Apakah kemudian kita perlu menambah hukum-hukum baru diluar kebiasaan Rosululloh dan para sahabat? Sementara bukti nyata telah jelas, segala persoalan yang muncul abad ini maupun seratus abad lalu, Al-Qur’an telah dengan sempurna menjawabnya.


Sistem riba telah memunculkan persoalan serius dalam dunia perbankan, maka para ilmuwan barat yang belakangan menjadi kiblat ummat telah ramai membicarakan solusi yang ternyata serupa dengan pandangan Al-Qur’an. Begitupun dengan persoalan kemiskinan, kebodohan, degradasi moral dan bahkan masalah terorisme, tidak ada satu dusta, segalanya terjawab dengan Al-Qur’an.


Jika kemenangan adalah sebuah akhir dari masalah, dan seorang pahlawan adalah seseorang yang memberi solusi atas berbagai persoalan, maka seorang pahlawan sudah barang tentu adalah seseorang yang memiliki akhlaq Qur’ani. Sebab kita semua telah sepakat Al-Qur’an adalah buku panduan solusi hidup. Al-Qur’an akan membimbing seseorang untuk senantiasa menjadi pahlawan bagi dirinya dan lingkungannya.


Mengapa kita tidak berpikir untuk menjadi pahlawan dengan kembali kepada sebuah buku panduan pahlawan sejati? Al-Qur’an! Bukankah dengan tegas perintah Allah telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104).”


Dan dalam sebuah hadist, "Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan tangannya, hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan lisannya, hendaklah ia melakukan dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah." (HR. Muslim).


Pahlawan adalah seorang teladan atau guru, pemimpin sekaligus pejuang, penemu dan problem solver, seorang yang teguh dan sabar, juga seorang motivator sekaligus eksekutor, dia bisa jadi adalah seorang ayah atau seorang teman, dan bukan tidak mungkin itu adalah diri Anda. Sebuah pribadi tak tergantikan yang menjadi sosok luar biasa karena dalam dirinya terangkum secara konsisten sifat-sifat mulia.


Jika hari ini kita membuka koran pagi, dan mendapati ada 1001 masalah ummat, atau tak perlu lah kita baca koran pagi, cukup kita membuka pintu rumah kita, adakah kita melihat masalah? Atau tak perlulah kita membuka pintu rumah, cukuplah kita bercermin, adakah masalah yang kita temukan? Jika kita menemukan masalah, maka sudah selayaknya kita memiliki jiwa seorang pahlawan, menjadi solusi dari persoalan.


Semakin banyak masalah semakin banyak kesempatan menjadi seorang pahlawan. Semakin luas persoalan itu, maka semakin luas nilai kepahlawanan kita. Namun uniknya, seorang pahlawan sejati adalah orang yang berputar bersama jaman, hingga gerakannya nyaris tak terdengar, namun seperti matahari yang diam dalam cahaya benderang dan sinarnya yang hangat, memberi manfaat tanpa suka dilihat, bahkan dia tak mengijinkan seorang pun menatapnya, dia begitu percaya diri, sehingga tak perlu pujian orang lain untuk melakukan pekerjaan besar, bahkan seandainya tiba-tiba ada awan hitam yang menutupinya, ia tetaplah bersinar dibalik awan.



Sungguh tak perlu seseorang memikirkan bagaimana posisinya diantara umat manusia

Atau bagaimana orang-orang memperbincangkan prestasi mereka,

Atau bagaimana sejarah mencatat perjuangan mereka,

Atau dengan tinta apa orang-orang akan mengenang kisah mereka,

Sebab muara setiap langkahnya hanyalah ridho Alloh

Terlalu banyak jiwa tak dikenal yang telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa

Dan cukuplah Alloh menjadi saksi, si fulan seorang ahli surga!



(Wallohu’alam bishowab)



(Ied ide I did)