Pahlawan
baru akan bermunculan, apakah ia yang memegang pedang dan mengendarai kuda
perang? Ataukah ia yang pandai berargumentasi dan memukau lawan diskusi?
Ataukah ia yang selalu menawarkan solusi? Baik dengan senjata atau dengan
segala potensinya.
Kemenangan
yang hak atas yang bathil adalah sebuah skenario abadi. Bahkan dalam kehidupan
yang didominasi sistem demokrasi seperti hari ini, dimana suara terbanyak
menjadi dasar atas sebuah kemenangan, sesungguhnya isyarat Allah SWT. tidak
pernah ketinggalan jaman. Termasuk kutipan sebuah kalimat dalam Surah
Al-Baqarah ayat 249, “Betapa banyak
golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak atas izin Alloh”.
Apakah
kemenangan harus selalu diartikan dengan tampilnya sekelompok orang sholeh
menjadi pemimpin? Atau bisa jadi kemenangan adalah ketika sekelompok orang
dzolim berbalik arah menjadi pemimpin-pemimpin yang sholeh? Bukankah ada begitu
banyak cara untuk memahami kemenangan?
Namun
ada sebuah perenungan atas tercapainya tujuan-tujuan, bahwa sesungguhnya di
dunia ini tidak pernah ada masa perdamaian, meski nampak sunyi tanpa desing
peluru, kita sedang berada dalam riuh peperangan antara haq dan bathil, minimal
kita menyadari sebuah peperangan melawan hawa nafsu yang buruk dalam diri kita
sendiri.
Seperti
halnya hari ini, ummat dihadapkan dengan berbagai persoalan yang juga merupakan
warisan masa lalu, dengan varian yang kompleks sesuai perkembangan peradaban.
Tapi Al-Qur’an tetaplah sebuah kitab berisi 114 surat dengan huruf-huruf yang
tersusun rapi, tidak akan bertambah atau berkurang. Apakah kemudian kitab ini
menjadi tidak relevan dan patut kira tinggalkan? Apakah kemudian kita perlu
menambah hukum-hukum baru diluar kebiasaan Rosululloh dan para sahabat?
Sementara bukti nyata telah jelas, segala persoalan yang muncul abad ini maupun
seratus abad lalu, Al-Qur’an telah dengan sempurna menjawabnya.
Sistem
riba telah memunculkan persoalan serius dalam dunia perbankan, maka para
ilmuwan barat yang belakangan menjadi kiblat ummat telah ramai membicarakan
solusi yang ternyata serupa dengan pandangan Al-Qur’an. Begitupun dengan
persoalan kemiskinan, kebodohan, degradasi moral dan bahkan masalah terorisme, tidak
ada satu dusta, segalanya terjawab dengan Al-Qur’an.
Jika
kemenangan adalah sebuah akhir dari masalah, dan seorang pahlawan adalah
seseorang yang memberi solusi atas berbagai persoalan, maka seorang pahlawan sudah
barang tentu adalah seseorang yang memiliki akhlaq Qur’ani. Sebab kita semua
telah sepakat Al-Qur’an adalah buku panduan solusi hidup. Al-Qur’an akan
membimbing seseorang untuk senantiasa menjadi pahlawan bagi dirinya dan
lingkungannya.
Mengapa
kita tidak berpikir untuk menjadi pahlawan dengan kembali kepada sebuah buku
panduan pahlawan sejati? Al-Qur’an! Bukankah dengan tegas perintah Allah telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an, “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran:
104).”
Dan dalam sebuah hadist, "Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran,
hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan
tangannya, hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak bisa
melakukannya dengan lisannya, hendaklah ia melakukan dengan hatinya. Itulah
iman yang paling lemah." (HR. Muslim).
Pahlawan
adalah seorang teladan atau guru, pemimpin sekaligus pejuang, penemu dan
problem solver, seorang yang teguh dan sabar, juga seorang motivator sekaligus
eksekutor, dia bisa jadi adalah seorang ayah atau seorang teman, dan bukan tidak
mungkin itu adalah diri Anda. Sebuah pribadi tak tergantikan yang menjadi sosok
luar biasa karena dalam dirinya terangkum secara konsisten sifat-sifat mulia.
Jika
hari ini kita membuka koran pagi, dan mendapati ada 1001 masalah ummat, atau
tak perlu lah kita baca koran pagi, cukup kita membuka pintu rumah kita, adakah
kita melihat masalah? Atau tak perlulah kita membuka pintu rumah, cukuplah kita
bercermin, adakah masalah yang kita temukan? Jika kita menemukan masalah, maka
sudah selayaknya kita memiliki jiwa seorang pahlawan, menjadi solusi dari
persoalan.
Semakin
banyak masalah semakin banyak kesempatan menjadi seorang pahlawan. Semakin luas
persoalan itu, maka semakin luas nilai kepahlawanan kita. Namun uniknya, seorang
pahlawan sejati adalah orang yang berputar bersama jaman, hingga gerakannya
nyaris tak terdengar, namun seperti matahari yang diam dalam cahaya benderang
dan sinarnya yang hangat, memberi manfaat tanpa suka dilihat, bahkan dia tak
mengijinkan seorang pun menatapnya, dia begitu percaya diri, sehingga tak perlu
pujian orang lain untuk melakukan pekerjaan besar, bahkan seandainya tiba-tiba
ada awan hitam yang menutupinya, ia tetaplah bersinar dibalik awan.
Sungguh
tak perlu seseorang memikirkan bagaimana posisinya diantara umat manusia
Atau
bagaimana orang-orang memperbincangkan prestasi mereka,
Atau
bagaimana sejarah mencatat perjuangan mereka,
Atau
dengan tinta apa orang-orang akan mengenang kisah mereka,
Sebab
muara setiap langkahnya hanyalah ridho Alloh
Terlalu
banyak jiwa tak dikenal yang telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa
Dan
cukuplah Alloh menjadi saksi, si fulan seorang ahli surga!
(Wallohu’alam
bishowab)
(Ied ide I did)