“Amah, waktu Isma’il disembelih diganti sama kambing ya?” tanya Taqy sambil menatapku serius.
“Iya sayang!”, Jawabku menatapnya tak kalah serius.
“Kenapa Ismail disembelih?” tanya Taqy lagi.
“Itu perintah Allah pada nabi Ibrohim, ayahnya Isma’il, untuk
menguji, apakah Ibrohim dan Ismail akan menurut pada Allah. Kalau nurut
perintah Allah, akan digantikan dengan pahala yang besar.” Jawabku, kali ini
dengan dahi yang berkerut, berharap dia mengerti.
“Ismail jadi disembelih?” tanya Taqy lagi.
“Ismail tidak jadi disembelih, ketika Ibrohim akan
menyembelih Ismail, oleh Allah diganti dengan kambing yang gemuk, sehingga
Ismail selamat.”
Barangkali anak ini agak takut kalau abinya akan
menyembelihnya.
“Ismail anak yang penurut, itu tandanya dia anak sholeh, dia
mau disembelih walaupun mungkin disembelih itu sakit, tapi dia tetap menurut,
akhirnya oleh Allah dia ditolong, dengan cara digantikan dengan kambing.” Aku
kembali menjelaskan sementara Taqy masih dalam persepsinya tentang proses
penyembelihan Ismail, barangkali dia belum puas dengan jawabanku sebelumnya,
padahal aku khawatir tak punya lagi jawaban.
“Ibrohim sayang nggak sama Isma’il?” tanya Taqy kemudian,
wajahnya nampak khawatir.
Aku tersenyum, “Ibrohim sangat sayang pada Isma’il, seperti
sayangnya Abi sama mas Taqy, tapi mas Taqy nggak akan disembelih sama Abi,
Allah tidak minta mas Taqy disembelih, Allah cuma minta mas Taqy jadi anak
sholeh, rajin sholat, rajin ngaji, nurut sama Abi sama Umi, sama ustadzah,
sayang sama Humairoh, sayang sama Amah, nggak masukin tangan ke mulut, nggak
meludah sembarangan, berbagi mainan sama Humairoh, sama temen-temennya mas
Taqy. Itu namanya baru anak sholeh seperti Ismail!”
Lalu senyum ajaibnya mengembang, dan segera menular pada
semua orang.
“Besok mas Taqy mau liat kambingya disembelih, tapi nanti kambingnya
diganti sama Allah, soalnya kambingnya sholeh, jadi diganti sama sama harimau
aja yang giginya tajam, biar nggak nggigit!”
Tuing tuing tuing (@_@)7
(Ied ide I did)