Mushola
tempatku singgah tidak terlalu besar, namun juga tidak bisa dianggap
kecil, bangunannya cukup megah dan arsitekturnya juga indah. Pengelola
mushola memberi batas antara shof lelaki dan perempuan dengan pembatas
rotan, jadi tidak tertutup mutlak.
Sayup kudengar suara
Adzan dari speaker masjid di sekitar mushola ini, artinya waktu sholat
Ashar telah tiba. Aku sholat dua rokaat sambil menunggu muadzin atau
jama'ah lain yang datang, tapi tidak kelihatan juga. Usai sholat aku
kembali duduk dan masih menunggu, sampai ada seseorang yang datang,
seorang ikhwan, barangkali ini muadzinnya. Dan betul saja, dia melangkah
tanpa memperhatikan keberadaanku menuju tempat wudhu.
Dia
membuka pintu samping, pintu untuk lewat para ikhwan, dan tiba-tiba dia
seperti terkejut, dan berbalik arah, dia mengambil sepedanya dan
meninggalkanku dalam termangu.
Aku masih setia
menunggunya, hingga sekitar seperempat jam, dan seluruh masjid di
sekitar sudah mengumandangkan komat. Aku mulai tidak yakin dia akan
kembali, dan aku juga tidak yakin akan ada orang yang datang. Akhirnya
kuputuskan untuk sholat sendirian di mushola ini.
Saat
perjalanan pulang, aku melihat sosok yang mirip ikhwan tadi, ada di
halaman masjid yang jaraknya sekitar satu kilo dari mushola tempatku
sholat tadi.
Hehe, aku pengen ketawa sendiri kalo inget
kejadian tadi. Baginya, barangkali adalah situasi yang rumit, ketika
hanya ada dirinya dan seorang perempuan dalam sebuah mushola. Entahlah,
tapi aku kan cuma mau sholat jama'ah!
Ini sungguh sebuah
potret betapa sebuah masjid atau mushola seringkali tidak memiliki
jama'ah, meski saat pembangunannya didanai oleh jama'ah.
(Ied ide I did)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih atas apresiasinya, semoga menjadi bahan perbaikan ^^