Selasa, 01 November 2011

Istikharoh Cinta

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahi rabbil alamin, rasanya takkan pernah cukup ungkapan syukur kita atas nikmat yang Alloh SWT. berikan. Nikmat iman dan Islam, nikmat cintaNya yang tiada pernah terputus bagi hamba-hambaNya yang beriman. Sungguh hari ini satu lagi bukti cintaNya menjadi sejarah dalam perjalanan panjang kehidupan seorang anak manusia.

Saya ucapkan Barokallohulaka wa baroka alayka wa jama’a bainakuma fii khoir pada ukhtina Yeni dan akhina … yang dengan cintaNya tengah berjuang membangun cinta.

Bagi sebagian besar orang, barangkali pernikahan adalah satu dari episode hidup manusia yang paling menegangkan (sok tau! ^_^). Mungkin itulah yang sering dirasakan oleh para mempelai saat kalimat ijab dan qobul hendak diucapkan. Lihat saja wajahnya yang mendadak pucat, kemeja istimewa yang dipakainya basah karena derasanya keringat yang bercucuran, hidangan enak didepan mata, tak satu jua yang membangkitkan selera, detak jantungnya bahkan sampai terekam pengeras suara. Padahal kalimat yang terucap tak lebih panjang dari satu menit, dan setelah itu, apa yang dikhawatirkan segera sirna, menjelma sesungging senyum bahagia. Mitsaqon ghalidzo telah terjalin, duhai cinta… bunga-bunga seroja pun bermekaran.

Sang penghulu lalu berdoa, diaminkan kedua pengantin baru, juga diaminkan seluruh kawan kerabat dan handai taulan, juga oleh para malaikat yang turut hadir memenuhi langit, dan bumi pun tersenyum haru menyaksikannya, bertasbih! Subhanalloh wabi hamdih, subhanalloh hil adhim!

Dalam setiap doa tersimpul jutaan harapan, “Ya Alloh, jadikan ia pasanganku di dunia dan akherat, jadikan ia terbaik untukku, jadikan ia penentram hatiku, penguat asaku, pelipur laraku, jadikan ia…” (Ah… rasanya untaian doa panjang itu takkan pernah cukup ditulis dalam buku risalah nikah ini).

Bersama itu pula, wajah-wajah jomblo penuh harap turut berdoa, “Kapan giliran saya ya Alloh…”, cita-cita kebaikan untuk menggenapkan separuh din, menjaga hati yang begitu mudah tergelincir, membentuk keluarga dakwah yang sakinah, mawaddah, warokhmah… Sungguh Indah! Satu kebaikan akan melahirkan banyak kebaikan lainnya. InsyaAlloh… (Dan ketahuilah sobat, ukhtina Yeni dulu juga berada di barisan jomblo yang terlarut khusyu’ dalam doa ^_^)

Telah banyak skenario indah bagaimana Alloh memasang-masangkan perempuan dan laki-laki menjadi suami istri. Tiada akan tertukar, yang baik hanya layak untuk yang baik. Begitupun sebaliknya, yang buruk hanya layak untuk yang buruk. Dan hak kita adalah menyempurnakan ikhtiar dengan terus memperbaiki diri agar mendapatkan yang terbaik.

Hari ini tersingkap sudah rahasiaNya, Ukhti Yeni adalah yang terbaik bagi Akh… dan Akh… adalah yang terbaik untuk ukhti Yeni, sekali lagi barokalloh…

Rahasia? Ya, tentu saja rahasia! Tak seorangpun yang bisa menjamin seseorang akan menjadi pasangan hidupnya, bahkan ketika mereka sudah menjalin hubungan bertahun-tahun! Atau bahkan ketika tanggal pernikahan sudah ditentukan! Atau bahkan ketika iring-iringan pengantin sudah terlihat dari jarak mata memandang sekalipun! Kalau Alloh belum berkehendak, maka segalanya masih menjadi rahasiaNya.

Ketika saya diminta menulis untuk melengkapi buku cinta ini, cuma bisa tersenyum ragu, tentu tak banyak yang dapat saya tulis tentang pernikahan, tapi ada sebuah pelajaran berharga yang saya dapatkan melalui kisah penuh hikmah tentang seorang akhwat yang saya kenal. Seorang akhwat sholehah, yang sungguh tak memperbanyak kriteria, tak pula berharap pangeran tampan berkuda putih yang menjemputnya, tak jua mempersulit diri dalam prosesnya. Hanya ingin menikah, menggenapkan separuh din untuk menjaga kesucian hati…

Perjalanan cintanya menorehkan kesan mendalam, menambah keyakinan dalam dada, Alloh tak pernah tidur… sedetikpun tak pernah dibiarkanNya engkau sendirian, jangan menyerah, sebentar lagi pertolonganNya akan datang, sangat dekat... sangat nyata…

Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan sederhana ini, kado cinta buat akhwat sholehah sahabatku..

“Istikharoh Cinta”

Saat malam makin gelap, dalam kesunyian yang meneguhkan, saat sebagian orang memilih merapatkan selimut, mendekap bantal dan terlelap, langkah-langkah itu nyaris selalu tak terdengar, begitu halus, tapi lirih isak tangis yang terdengar tak pernah mudah dilupakan. Dalam sujud panjang yang tak kenal lelah… dihampir setiap sepertiga malam terakhir…

Seakan terdengar nyanyian cinta yang terangkum dalam keindahan doa istikharoh,
“Allahumma inni astakhiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as’aluka min fadhlikal ‘azim, fainnaka taqdiru wala aqdiru wa ta’lamu wala a’lamu wa anta ‘allamul guyub. Allahumma inkunta ta’lamu anna hazal amra khoirun li fi diini wama’asyi wa ‘aqibati amri faqdurhu li wayassirhu li tsumma barikli fihi. Wainkunta ta’lamu anna hazal amra syarrun li fi diini wama’asyi wa ‘aqibati amri fashrifhu ‘anni, washrifni ‘anhu, waqdurliyal khoira haitsu kaana tsumma radhdhini bihi.”

”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu. Dan aku memohon kemampuan kepadaMu dengan kekuasaanMu. Dan aku memohon sebagian dari karuniaMu yang agung. Karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkaulah yang mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara-perkara gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka tentukanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berilah aku berkah padanya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa hal itu jelek bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya, dan tentukanlah untukku kebaikan di mana saja ia berada, kemudian jadikanlah aku ridho kepadanya”

Beratus tahun lalu, dalam majelis yang diberkahi, Rosululloh SAW., mengajarkannya pada para sahabat, doa dahsyat ini dalam menentukan setiap pilihan hidup. Sebagai sebuah garansi atas setiap keputusan kita, sebab kita tidak memutuskannya sendirian, melainkan kita telah mensyurokannya dengan Alloh.

Yang meminta adalah kita yang serba kekurangan, terbatas kemampuannya dan lemah pengetahuannya. Yang kita mohonkan adalah keputusan terbaik untuk kebaikan dunia dan akherat, kebaikan untuk agama kita, untuk kehidupan kita, dan bukan hanya itu, tapi juga keredhoan untuk menerima setiap keputusan Alloh, dengan keyakinan kuat setiap yang dari Alloh adalah yang terbaik. Dan yang terpenting, yang kita mintai tolong adalah Rabb yang pertolongannya sempurna, Rabb Yang Maha Tahu, Rabb yang mengatur setiap perkara, yang mengetahui apa yang telah lama terjadi, yang sedang terjadi, dan yang belum pernah terjadi. Rabb yang menentukan, yang segala sesuatu bergantung padaNya, yang dengan kuasaNya ia mampu meninggikan derajat seseorang atau merendahkannya!

Menentukan pendamping hidup, tentu bukanlah perkara mudah. Walaupun juga bukan sesuatu yang perlu dibuat rumit! Telah jelas rambu-rambunya. Wanita dipilih karena 4 hal, kecantikannya, hartanya, nasabnya, dan terakhir karena agamanya, tapi yang terakhir ini sesungguhnya yang jauh lebih utama, sebab Rosululloh menegaskan, jika seorang lelaki menikahi perempuan bukan karena agamanya, maka celakalah kedua tangannya. Naudzubillah... (kalo ada yang cantik, kaya, baik nasabnya, ya nggak apa-apa... yang penting sholehah, bukan begitu akhi? ^_^)
Untuk menentukan calon suami, rambu-rambunya lebih mudah lagi, cukup mencari yang berilmu dan baik akhlaqnya. Sebagaimana sabda Rosululloh, “Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi).
Berilmu, maksudnya paham terhadap agamanya, seseorang yang paham terhadap agamanya tentu ia paham akan hak dan kewajibannya. Tentu ia akan berusaha memenuhi hak dan kewajibannya dalam kehidupan rumah tangga dengan sebaik mungkin. Sedangkan akhlaq yang baik adalah buah ketaqwaan, jaminan kebahagiaan, sebagaimana perkataan Hasan bin Ali dalam memilih suami, “Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”

Jika rambu-rambu tersebut sudah terpenuhi, proses yang terbaik telah dilalui, telah sempurnalah ikhtiar, maka selayaknya keputusan yang diambil tidak berdasarkan pertimbangan nafsu dan pikiran kita sendiri. Sebab demi Alloh, kita tidak akan sanggup menanggung akibatnya jika kemudian Alloh tidak dilibatkan dalam urusan sepenting ini. Sebab rumah tangga adalah setengah Din! Usroh, yang seharusnya ibarat baju besi yang kokoh, melindungi pemakainya, kuat dan tak tergoyahkan! Tentu saja kita harus berembug dengan Ahlinya! Rabb Yang Mengatur segala urusan!

Istikharoh adalah jawaban dari kegelisahan hati. Walaupun tak jarang hawa nafsu kita membuat kita merasa keputusan Alloh jauh diluar keinginan kita, tapi dengan istikharoh, maka segalanya akan terasa lebih ringan. Bait terakhir dalam doa itu senantiasa terngiang… bukankah kita telah pasrah, kita meminta didekatkan apabila ia baik dan dijauhkan apabila ia buruk? Dan kita meminta ridho terhadap ketetapanNya? Sungguh apapun keputusanNya, kita takkan merasa kecewa, sebab kita telah memutuskannya bersama Alloh.
Dalam hati kita senantiasa tertanam keyakinan, Dia telah menyiapkan skenario terbaiknya untuk kehidupan kita, takkan berhenti aku berdoa, takkan berputus asa aku padaMu Tuhan, tak pernah ada yang sia-sia di jalan Alloh… kan selalu kutunggu janjiMu dengan setia…

Telah begitu sering Alloh memberikan nikmatNya tanpa kita meminta, lalu apakah Dia yang menyuruh kita berdoa dan meminta padaNya tidak akan memberi apa yang kita pinta??? Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (wallohu’alam bishowab)
-Iedelina El Gaza-

-tulisan ini ditulis untuk melengkapi risalah nikah ukhtina yeni winarsih dan akh edi-(Ied ide I did)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih atas apresiasinya, semoga menjadi bahan perbaikan ^^